JAKARTA
– Social Media Week bertajukan Validity
Speaks with Kompas yang diselenggarakan di Senayan City 26 Februari
2016 silam membawa para peserta seminar untuk menelaah bersama suatu terobosan
baru dalam dunia teknologi, dan bagaimana para hadirin yang sebagian besar
terdiri dari generasi muda ini dapat memanfaatkan hal tersebut untuk kebaikan
bersama.
Wisnu
Nugroho, Editor in Chief Kompas.com, mengawali acara dengan
sebuah pertanyaan “Tanggal 14 Januari ada yang ingat?”,untuk
berbagi pengalaman tentang bagaimana membuat sebuah berita itu berdasarkan apa
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Ketika tanggal 14 Januari diganti
dengan informasi lokasi kejadian, di kawasan Thamrin Jakarta Pusat, maka
ingatan para pendengar akan tertuju pada suatu peristiwa yang mendunia dalam
waktu singkat. Penyebaran informasi ini berkaitan erat dengan teknologi atau
jejaring sosial yang dimiliki masyarakat. Wisnu menyatakan bahwa dari sekian
banyak kabar mengenai ledakan di sebuah pusat perbelanjaan ini, tidak ada yang
berani memeriksa kebenaran akan penjelasan-penjelasan yang ada secara
terperinci.
Pada
titik ini terlihat perbedaan yang sangat antara informasi dengan berita.
Informasi bersifat luas dan dapat mencakup banyak hal, sedangkan berita adalah
produk profesional seorang wartawan. Tentu masih segar dalam ingatan bagaimana
tujuh stasiun televisi dan satu stasiun radiomendapatkan sanksi oleh Komisi
Penyiaran Indonesia karena menyebarkan berita yang tidak akurat perihal lokasi
bom. Hal tersebut selain dianggap berpotensi menyebarkan keresahan bagi
masyarakat, juga melanggar etika jurnalistik (sumber: website KPI).
Menanggapi
kejadian ini, Wisnu menghimbau wartawan dan masyarakat untuk bersikap tenang
dan senantiasa menglarifikasi informasi yang telah diterima dalam menghadapi
kejadian serupa.Masyarakat tentu diharapkan untuk memiliki sikap skeptik dalam
memilah kabar yang bereda dengan luas dan tidak terkontrol.Dalam kasus Bom
Thamrin, setelah kompas.com bersama tim turun ke tempat kejadian perkara pukul
11:30 WIB dan mengumpulkan informasi yang akurat, Kompas dengan berani
menampilkan gambarhighlight yang telah dipublikasikan dalam Harian
Kompas. Sikap skeptik dalam hal ini sangat penting untuk membedakan mana berita
yang kredibel (voice) dan informasi yang kebenarannya seringkali
diragukan (noise). Bagaimana kita mencerna berita dan informasi akan
mempengaruhi perilaku dan perspektif kita terhadap sebuah kejadian.
Suasana berlangsungnya acara Social Media Week yang disampaikan oleh Wisnu Nugroho selaku Editor in Chief Kompas.com pada (26/2) di Senayan City. |
Tak hanya
terbit di media cetak, berita seperti ini juga sering kali meramaikan portal
media digital seperti kompas.com. Dalam seminarnya, Wisnu juga turut
memperkenalkan Visual Interaksi Kompas (VIK), yakni media digital baru yang
menyuguhkan berita-berita terpilih dalam satu minggu dan diterbitkan setiap
akhir pekan. Dalam wawancaranya bersama Kompas Corner, Wisnu Nugroho mengatakan
lebih lanjut bahwa tentu terdapat kemungkinan produk VIK akan menjalin
kerjasama dengan mahasiswa yang terampil dalam bidang multimedia di masa
mendatang. Berita yang akan disajikan dalam VIK akan menggunakan prinsip
multimedia di mana akan memperkuat berita yang telah ada pada media cetak dan
terlihat lebih hidup dengan kombinasi animasi yang diberikan.
Hal ini
semakin memantapkan ruh Kompas yang mengusung slogan “Amanat Hati Nurani
Rakyat” dengan senantiasa menyajikan reportase berita yang kredibel dan akurat
dalam bentuk yang beradaptasi terhadap perkembangan jaman. Yuk, simak terus VIK
oleh kompas.com yah teman kampus!
0 komentar: